abdurrachman |
"Kreativitas adalah menghentikan kebodohan secara mendadak."
Melibatkan Seni dalam Proses Belajar, Apa Saja Keuntungannya?
Pelajaran seni kerap dipandang sebelah mata dalam proses pendidikan. Padahal, pendidikan berbasis kreativitas seperti STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematic) education yang melibatkan seni, akan menjadi kekuatan tersendiri bagi murid untuk segala bidang.
Menurut pendiri Sekolah Cikal Najeela Shihab, setiap berbicara tentang seni dan pendidikan, orang sering terperangkap dalam salah kaprah yang sudah menahun—bahwa pendidikan seni hanya berkaitan dengan keterampilan, bahwa tujuannya mendapat pekerjaan di industri seni, dan karenanya bukan untuk semua orang. Karena salah kaprah ini, seni menjadi sekadar pelajaran tambahan dan dianggap tak mengapa untuk dipinggirkan.
“Saya selalu percaya bahwa kreativitas itu bukan cuma dilatih dalam seni dan kreativitas. Sebenarnya kan sains adalah bidang yang sangat kreatif karena harus memformulasikan masalah, mencari original solution, harus melihat dari sudut pandang yang berbeda,” kata Najeela saat berbincang dengan CAST Foundation dalam diskusi bertajuk Re: thinking Our Education.
Dasar kemampuan memecahkan masalah
Seni menurutnya adalah pendekatan pendidikan yang sangat berarti, tidak terbatas pada minat dan bakat yang dimiliki sebagian anak sejak lahir, tapi diperlukan semua anak. Seni mendasari kemampuan kreativitas, berempati, dan memecahkan masalah yang bermanfaat bagi semua profesi.
“Karena ketika kita bicara tentang pendidikan seni dan pengenalan budaya, bukannya mau memaksa anak menjadi seniman atau pekerja seni, melainkan kita sedang mengasah aspek yang sangat penting yaitu estetik skill, kepekaan terhadap keindahan. Itu adalah bagian dari fitrahnya manusia,” jelasnya.
STEAM education sendiri adalah sebuah pendekatan pembelajaran terpadu yang mendorong siswa untuk berpikir lebih luas tentang pemecahan masalah di dunia nyata.
Dalam konsep STEAM, sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika saling terkait. Metode STEAM mendorong anak lebih berpikir kritis, mampu memecahkan masalah, mudah beradaptasi, dan komunikatif. Anak-anak juga belajar menjadi pemimpin, kreator, dan inovator. Semua kemampuan ini dibutuhkan di zaman sekarang.
Jangan pinggirkan seni
“Anak belajar batik saja, itu sebenarnya sangat dekat dengan geometri. Banyak sekali yang bisa diimplementasikan. Apalagi Indonesia kaya akan seni dan budaya yang asalnya dari kearifan lokal. Pengalaman ini sangat berguna buat anak-anak kita. Makanya, nggak boleh dipinggirkan. Makanya, semua guru itu harus mencari cara untuk mengintegrasikan ini,” jelasnya.
Najeela berpendapat, seni adalah pintu untuk berbagai ilmu yang di dalamnya mencakup pemahaman mengenai pola, sikap berbudaya, pengetahuan tentang keragaman, hingga keterampilan menarasikan gagasan. Semua kompetensi abad ini, menurutnya akan jauh lebih mudah dicapai sambil berkesenian, karena kita secara alamiah tertarik pada keindahan.
“Ketika anak bisa mencintai berbagai aspek dari bidang ilmu berbeda, mengintegrasikan berbagai pendekatan, ide-ide kreatif dan inovasi akan muncul. Ini lahir dari kebiasaan berpikir, kebiasaan berinovasi memecahkan masalah, melihat dari berbagai sudut pandang, berdiskusi, yang akhirnya jadi kompetensi tersendiri,” tutupnya.