Apa Beda Profesi Jurnalis dan Content Writer?
Dalam dunia SEO, dan publikasi online, content writer kerap dianggap sebagai “jurnalisme”. Namun content writer dan jurnalis adalah hal yang berbeda. Artikel jurnalistik harus memiliki tingkat objektivitas. Reporter menghilangkan pendapat mereka sendiri dari subjek mereka dan hanya melaporkan kejadian tersebut sebagaimana adanya.
Artikel jurnalistik bisa jadi argumentatif. Mereka harus dapat menyajikan satu sisi cerita, atau membuat kasus untuk sudut pandang tertentu. Proses pemeriksaan sumber seringkali lebih terlibat dalam jurnalisme daripada dalam penulisan konten.
Reporter atau jurnalis hanyalah wahana untuk menyampaikan cerita sedangkan content writer adalah arsitek cerita dan mengarahkan bagaimana subjek akan dieksplorasi. Ada lebih banyak kreativitas pada apa yang dapat ditulis oleh content writer, bagaimana penulis harus menulis ceritanya, dan sumber apa yang dapat digunakan penulis konten.
Jurnalis dibatasi oleh perusahaan atau publikasi online tempat mereka bekerja untuk mematuhi pedoman editorial tertentu yang membuat mereka tetap “objektif” dalam artikel yang mereka sampaikan.
Dalam dunia jurnalistik online, kita mendapatkan berita clickbait dan SEO yang dioptimalkan yang akan mendorong kita untuk membaca artikel tersebut. Jurnalisme daring seringkali pasti sering berubah menjadi penulisan konten.
Perbedaan sebenarnya terletak pada objektivitas wawancara, sumber, dan cara cerita diceritakan. Sebagai jurnalis, Anda dibayar untuk menjadi kendaraan yang akan menemukan cerita, melakukan penelitian, dan menyusun cerita yang perlu diceritakan.
Content writer sering kali bekerja sebagai bagian dari tim pemasaran perusahaan. Penulis konten dibayar lebih untuk pemikiran dan ide orisinal mereka di balik artikel mereka. Mereka juga dapat menyusun strategi dengan klien tentang SEO, branding, pemasaran, dan publisitas. Penulis konten bukan hanya penulis. Mereka juga spesialis media sosial dan pendongeng kreatif. Terkadang, penulis konten juga akan menulis salinan tergantung pada tujuan pemasaran.
Semakin banyak konten yang dikonsumsi secara online, kita akan melihat lebih banyak tumpang tindih antara jurnalisme dan penulisan konten. Namun, bukan berarti yang satu menggantikan yang lain. Karena topik yang kita tulis menjadi lebih kompleks, kemungkinan besar Anda akan membutuhkan penulis yang berbeda untuk meliput topik yang sama dari sudut pandang yang berbeda.